Klik Info Unik

Sabtu, 05 Mei 2012

sholat BROW



Energy Sholat (lebih dari sekedar hipotesa)
Segera setelah Shalat ditunaikan tepat pada waktunya, beban hidup dan langkah kaki akan terasa 50% lebih ringan, dan waktu akan 2 x lebih panjang. Hipotesa ini akan berbalik jika shalat ditunda; waktu akan terasa 2 kali lebih sempit dan beban meningkat 100%.

Porsi Energi yang kita raih setelah Shalat tersebut kemungkinan bertambah hingga 100% atau bahkan berlipat lipat jika kita menjiwai Shalat itu dengan penuh khusyuk dan kesungguhan. Sebaliknya, prosentasi Energi dari Shalat itu kemungkinan akan terus berkurang hingga 0% jika shalat itu dilakukan hanya untuk menggugurkan kewajiban.

Dalam kondisi 0 % ini,
Shalat kita tidak berpengaruh apa apa terhadap jiwa kita, kita tidak merasakan apa apa selepas shalat kita.

Hipotesa diatas sangat tergantung kepada tingkatan dan stabilitas iman sebuah pribadi.
Jika shalat kita khusyuk, maka energi yang dipancarkan itu tidak hanya 100% bahkan berlipat dan akan mampu meredam gelora Duniawi kita.

Tingkatan tersebut sangat dipengaruhi oleh stabilitas Iman dan keikhlasan di masing masing dada Manusia. Seorang Muslim yang bersungguh sungguh dan berusaha khusyuk dalam Shalatnya, dia akan merasakan 'Energi' yang menyejukan jiwanya dan menjadikan pancaran semangat dalam hidupnya.

Disana shalat akan mampu melepaskan jeratan rantai keserakahan dan mengembalikannya kedalam sebuah kesadaran bahwa jiwa ini pun akan mati dan saat inilah kita harus mempersiapkannya.

Shalat akan meringankan jiwa kita..
Beban berat kehidupan ini akan bertambah berat dengan kondisi tubuh yang kotor dengan dosa dosa, baik dosa kecil atau besar.

BEBAN HIDUP = BEBAN DOSA

Jangan salahkan siapapun, karena RABBmu tidak mungkin salah merencanakan.
Beban kehidupan yang menindih ini tentu ada alasannya, jangan berkata diri kita telah bersih dari dosa dosa. Manusia ini tidak akan pernah lepas dari dosa. Dosa itu akan semakin bertambah dari hari kehari jika tidak ada usaha untuk membersihkannya.

Jika tidak dibersihkan, kotoran dosa itu akan terus membebani jiwa kita.

Manusia ini tidak akan pernah lepas dari dosa.
Muslim yang baik itu bukan mereka yang tidak pernah melakukan dosa tapi mereka yang sering bertaubat setelah melakukan sebuah dosa. Kita hanya harus pandai dalam menutupi keropos keropos Iman dihati kita yang diakibatkan oleh dosa dengan kebaikan dan istighfar.

Beban hidup itu sendiri sebenarnya bukan beban.
Hanya perspective manusia yang kurang tepat dalam memahami ujian, karena sekecil apapun bencana yang menimpa kita tidak akan terjadi tanpa se-izin Allah (QS 64:11).

Rasulullah saw bersabda,
Bahwasannya sekecil apapun luka atau penderitaan yang di izinkan menimpa manusia, termasuk sakitnya jari saat tertusuk duri maka didalamnya terdapat pengampunan dosa dosa. Allah begitu menyayangi mansia melebihi apapun, karena ia Maha Penyayang.

Ujian itu dihadirkan untuk menguji agar kualitas keimanan seorang muslim itu benar benar teruji. Musibah itu ditimpakan untuk menegur agar jiwa jiwa itu senantiasa ingat kepada NYA, agar langkah itu tidak tersesat terlalu jauh dan menjauh dari rabb NYA.

Seorang yang beriman akan selalu ditimpa ujian dan musibah agar ia kembali ke akhirat kelak dengan kondisi bersih dari dosa dosa...

Rasulullah saw mengibaratkan seorang beriman itu laksana sebuah pohon yang akan terus dihembus angin Ujian. Jika akar akar tauhid kita kuat, kita tidak akan ikut terbang dengan berbagai hembusan tersebut.

Saat keresahan melanda seorang yang beriman, dia akan kembali menyerahkan kembali jiwa dan raganya, menghadapkan wajahnya dan membenamkannya dalam sujud, merendahkan diri dihadapan Allah dan meminta pertolongan Nya.

Hingga ketika adzan berkumandang,.
Jiwa yang tunduk beriman akan segera terpanggil untuk sejenak menemui Rabbnya.

Rasulullah saw bersabda;
"Perumpamaan shalat lima waktu seperti sebuah sungai yang airnya mengalir dan melimpah dekat pintu rumah seseorang yang tiap hari mandi di sungai itu lima kali". (HR. Bukhari dan Muslim)

Jika setiap hari, minimal kita membersihkan kotoran dalam jiwa kita - lima kali dalah sehari - dengan shalat.. INSHA ALLAH, diri kita akan terjaga; dan beban itu akan terkikis sampai ia hilang..

Jadi jangan menyalahkan siapapun saat hari demi hari bahu itu terasa semakin berat..

Adalah kita yang lalai...
Itu kelalaian kita semata, kita yang sering melalaikan pesan terakhir Rasulullah Sholallahu Alaihi wa Salam..

SHALAT ADALAH PESAN TERAKHIR RASULULLAH!

Mari sejenak luangkan waktu untuk kembali mengenang detik detik terakhir kepergian Rasulullah Sholallahu Alaihi wa Salam yang dikisahkan Habib Ali Al Jufri.

Aisyah menuturkan:
"Sebelum itu kami mendengar gerakan dibalik pintu, itulah Jibril yang meminta izin dari Rasulullah saw untuk masuk dan Rasulullah mengizinkannya. Kemudian aku mendengar Rasulullah berkata kepadanya; "Wahai Jibril! Allah Ta'ala, Allah Ta'ala!"

Kemudian Aku bertanya: "Apa yang terjadi wahai Rasulullah?"

Rasulullah saw menjawab:
"Itulah Jibril berkata bahwa Malaikat maut berada didepan pintu meminta izin..." Jibril berkata: "Malaikat maut itu tidak pernah meminta izin dari sesiapapun sebelum dan sesudahmu.. Allah menyampaikan Salam kepadamu,.. Allah telah merinduimu?"

Malaikat Ijrail berkata:
"Jika engkau menghendaki aku akan mencabut ruh mu untuk menemui Allah, jikalau tidak aku akan biarkan sesuai masa waktu yang engkau inginkan.." Dan Rasullullah saw memilih Allah ta'ala..

Kemudian malaikat mautpun masuk rumah Rasulullah, dia mengucapkan salam kepada Nabi dan berkata; "Wahai Rasulullah! Apakah engkau mengizinkanku?"

Baginda menjawab:
"Terserah kepadamu, berlembutlah saat mencabut nyawaku..."

"Ahhhh... Ahh.. berlembutlah kepadaku, wahai saudaraku malaikatul maut... "Ahhhh...! Kematian itu teramat menyakitkan!. Ya Allah! Ringankan kesulitan maut terhadapku.. ringankan kesulitan maut terhadap ummatku.."

Lalu Malaikat maut mencabut nyawa yang sangat mulia itu..
Keringat bercucuran dari dahi Rasulullah Sholallahu alaihi wassalam... laksana butiran permata yang berbau kasturi. mengusap peluh dari dahinya..

Seperti yang disabdakan Rasulullah: "Maut itu lebih sakit dari 70 tusukan pedang".
Jika Rasulullah shalallahu alaihi wassalam merasa kesakitan dalam sakaratul mautnya, jika kekasih Allah yang dishalawati seluruh alam ini merasakan pedihnya sakaratul maut.. Apa yang akan terjadi dengan kita nanti wahai jiwa jiwa yang mendengar !

Tapi, lihatlah kecintaan beliau..
Dalam kesakitan sakaratul maut itu baginda berdoa:
"Ya Allah ringankanlah kesulitan maut untuku dan ummatku.. ummati! ummati...!"

Ringankanlah kesulitan maut untuku dan ummatku.. ummatku..

Rasulullah terbaring, lidahnya tidak bisa bertutur lagi dan tidak terdengar lagi apa apa dari baginda.. Hal terakhir yang diucapkan Baginda adalah: "Allah. Allah. Shalat. Shalat.."

Itulah kata terakhir darinya.
Dari Rasulullah Shalallahu' Alaihi Wassalam,

Sahabatku,
Telah sampaikah kisah ini kepadamu?
Sudahkah kita mengajarkan kepada diri kita, bahwasannya Shalat itu bukan sekedar kewajiban, tapi sebuah pengkondisian agar kita terjaga dan tetap bahagia...

Sudah saatnya kita bermuhasabah, bertanya kepada diri kita
Tentang sebuah kepastian maut yang pasti datang menemui kita, entah itu besok atau lusa atau hari yang tidak kita ketahui..

Sahabatku..
Jika kita mendengar kabar bahwa kekasih kita, istri kita, atau suami kita, atau ibunda kita atau ayahanda kita... meninggal... dan di nafas terakhirnya...beliau meninggalkan sebuah wasiat khusus untuk kita tentang satu kata yang teramat penting hingga diucapkan dengan nafas terengah engah di nafas terakhirnya...

Apakah kita akan mendengarnya, menjaganya dan selalu mengingatnya?

Tentu saja, bukan sekedar kata iya..
Disanalah bahasa "Cinta" akan menjawab dan membuktikannya.
Cinta akan membuktikan, cinta tidak sekedar bahasa tapi realisasi. Cinta yang akan meneguhkan dan menanamkan pesan tersebut dalam ingatan dijiwanya..

Jika kita Cinta kepada Rasulullah...
Dan menjadikannya sebagai panutan di hati, tentu kita akan sangat ingat terhadap pesannya, pesan terakhirnya..
Shalat..

Rasulullah Saw begitu mencintai ummatnya,
Annas bin Malik ra meriwayatkan, bahwa Rasulullah bersabda:
"Setiap Nabi mempunyai do'a yang digunakan untuk kebaikan umatnya. Sesungguhnya aku menyimpan do'aku sebagai syafaat bagi ummatku pada hari kiamat" (Bukhari 5830, Muslim 299)

Begitu cinta nya Rasulullah sholallahu alaihi wassalam kepada ummatnya, hingga dinafas terakhirnya, diantara kesakitannya beliau berdo'a untuk kita, umatnya..

"Ya Allah! ringankan kesulitan maut terhadapku dan ummatku.. Ummati...Ummati..."

Umatnya adalah kita.
Kita semua yang masih menaruh hormat kepada beliau..
Yang menjalankan dan mencintai sunnah sunnahnya Rasulullah sholallahu alaihi wassalam..
T_T

Masihkan hati kita akan tuli?
Hati manakah yang tidak bergetar?
Cukuplah kita mengetahui begitu besar makna dibalik pesan itu..
Hingga bibir mulia itu bergetar mengucapkannya terbata bata diantara sakaratul maut..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar